KKN PART 5 Hantu Itu Bernama Gelisah
Di bibir Panggalloang, Matahari mengetuk mata tatkala mengistirahatkan tubuh. Awan kelabu menatap tajam di bilik jendela.
Hari ini seriusku tak sepadam seduhan kopi, ceriaku tak sepadam warna pelangi, tangisku tak sepadam rintik hujan. Banyak yang kutakutkan, banyak yang kugelisahkan, banyak yang kurindukan.
Nasib. Masih saja menghantui, akankah kelak menjadi dambaan, menjadi cahaya, atau menjadi tanah di tengah babi.
Mereka berkata, "Apa yang kau takutkan jika cinta telah berserikat? Cinta telah mengikat dengan benang yang berlipat-lipat, warnanya pekat sehingga semua tak asing terlihat."
Tapi aku, aku kehilangan segala kepercayaan. Seperti kapal tanpa pelabuhan, terombang-ambing di tengah ombak, seperti tubuh tanpa ruh, menunggu tanah meniduri.
Post a Comment