Header Ads

BERSUNGGUH-SUNGGUH BELAJAR ILMU AKAR (gagasan)

(Wirajuddin)

Jika kita menginginkan sesuatu yang besar, Ingin menjadi cerdas,berprestasi di sekolahk maupun di kampus atau ingin menjadi kaya raya. maka di butuhkan usaha yang sungguh-sungguh agar apa yang diinginkan dapat tercapai. 
sebagian dari kita ditakdirkan Allah S.W.T berada diposisi ekonomi yang rendah dan ditakdirkan memiliki orang tua yang tidak kaya, tapi janganlah hal tersebut membuat kita tak berdaya,janganlah hal tersebut membuat kita putus harapan, tetaplah bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang diinginkan.

Bersungguh-sungguhlah sebagaimana pepatah arab mengatakan

                                      “Man jadda wajada”

Siapapun bersungguh-sungguh pasti akan berhasil, sebab Man jadda wa jada  tidak mengenal antara si kaya dan si miskin tidak mengenal anak pejabat atau anak petani. Tapi siapapun yang bersungguh-sungguh pasti Berjaya.

  “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali dia sendiri yang mengubah dirinya”(ar-Ra’du ayat 11)
   “ Dan orang-orang yang  bersungguh-sungguh untuk (mencari keredhaan) kami, kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik”.(Al-Ankabut ayat 69)

Sungguh Allah tidak akan membiarkan hamba-hambaNya yang bersungguh-sungguh hidup sengsara dan sungguh berbeda orang yang bersungguh-sungguh dengan orang yang tidak bersungguh-sungguh. Saudaraku! Marilah kita bersungguh-sungguh atas apa yang ingin kita capai, agar kelak kita tidak menyesal dikemudian.

=========


Kepada saudaraku yang saat ini merantau di negeri orang dalam rangka menggali Ilmu pengetahuan, tetap nyalakan api semangatmu, tetap ingat  tujuan utamamu, dan jangan lupa kewajibanmu kepada sang pencipta. Kita sangat paham bahwa saat ini tingkat persaingan semakin lama semakin ketat sehingga kita mesti menyiapkan  bekal yang cukup besar. Karena bekal yang besar (pengetahuan dan keahlian)  menjadi penentu keberhasilan hidup kita.

Ilmu pengetahuan merupakan aspek terpenting yang dianggap sangat menentukan tingkat kemampuan kita dalam menghadapi kehidupan. Dengan ilmu pengetahuan kita dapat hidup sesuai apa yang diharapkan, dan belajar adalah acuan untuk mencapai kondisi yang baik. Sungguh-sungguh dalam belajar merupakan  jembatan menuju kehidupan di atas rata-rata . 

Saudara sekalian, sesungguhnya ada ilmu yang sangat penting, yang harus terpatri dalam diri kita, yaitu ilmu tauhid. Inilah yang akan membuat kita istimewah dari yang lain, karena tauhid adalah dasar pendidikan. Mengenai ini, dalam buku “ capita Selecta” karya M. Natsir diceritakan seorang Prof. Ehrenfest yang amat dicintai teman sejawatnya (Prof. kohnstam) sebagai sahabat yang setia, dihormati dan disayangi oleh pelajar-pelajar sebagai pemimpin dan bapak dalam ilmu yang ia dalami. Guru Besar tersebut telah meninggalkan dunia yang fana ini masuk ke alam baka dengan bunuh diri, setelah ia membunuh terlebih dahulu seorang anaknya yang amat dicintainya dan dia merupakan anak satu-satunya yang dimiliki ( anak tunggal).

       Prof. ini adalah orang yang dianggap sangat bijak, tidak pernah melakukan perbuatan tercela, akhlaknya baik dan penyayang. Namun kenapa dia bisa melakukan perbuatan yang sangat buas dan kejam melebihi perbuatan seorang penjahat? Membunuh anak sendiri dan membunuh dirinya?, pasti ada rahasia kehidupannya yang tidak diketahui khalayak umum!.

    Dalam sebuah surat ia menyatakan keadaan batinnya kepada sahabat sejawatnya Prof. kohnstam, 

“yang tak ada pada diriku adalah kepercayaan kepada Tuhan. Agama adalah perlu, tetapi siapa yang tidak memiliki agama, ia mungkin binasa lantaran itu”.

   Ruhnya sangat ingin menyembah Tuhan akan tetapi ia tidak mendapatkannya. Ia ingin dan rindu akan mempunyai agama, akan tetapi dijalan ia tidak memperolehnya. Demikiannlah gambaran batin seorang yang pada dasarnya boleh dinamakan atheist itu. Seorang yang amat rindu akan Tuhan, tetapi tidak didapatkannya dalam hidupnya.

Maka berbahagialah saudara sekalian yang menjadikan tauhid sebagai akar rumput dari didikan, mari kita simak percakapan seorang bapak dengan anaknya :

    “ Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’kub, ketika dia berkata kepada anank-anaknya, “apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka menjawab,  “ kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang  Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya”. (Al-Baqarah ayat 133)

No comments